Balige, MCTobasa – Pendidikan merupakan salah satu modal yang sangat penting untuk menjalani kehidupan bermasyarakat, dengan adanya pendidikan Kita bisa mengetahui berbagai macam informasi. Kita bisa mendapatkan pendidikan moral, kedisiplinan, agama, sosial dan masih banyak lagi yang bisa Kita dapatkan.
Di Indonesia, banyak sekali masalah dalam dunia pendidikan, mulai dari korupsi anggaran, pungutan liar, ketidakmerataan fasilitas pendidikan, kurikulum pendidikan yang ruwet, kasus-kasus asusila pelajar dan pendidik, sampai ujian nasional yang jawabannya selalu bocor setiap tahunnya.
Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Namun di sini membahas masalah rendahnya kualitas pendidikan di daerah terpencil. Masalah pendidikan di desa terpencil, khususnya SD 173589 Parduaan di Desa Meranti Utara, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa).
Banyangkan, untuk sampai ke lokasi kerja tidaklah mudah. Perjalanan darat melintasi hutan, kebun, bukit terjal, bahkan dinding tebing harus dilalui dengan susah payah. Tidak ada sarana angkut lain selain kedua kaki yang masih utuh. Sepanjang perjalanan, hewan berbisa selalu mengintai apabila kita tidak was-was.
Bila tidak hafal betul jalurnya, kemungkinan nyasar sangat besar. Jalanan setapak bukan lagi tanah yang padat, melainkan terkadang harus berjalan di atas terjalnya jalan yang menaik. Listrik dan komunikasi jelas masih belum tersedia di Desa Meranti Utara.
Ketika mengarungi hutan lebat menuju tempat mengajar, Tiana br Sibarani, Kepala SD 173589 Parduaan, mengatakan kepada media ini, Rabu (4/5) pekan lalu di Kantor Diknas Tobasa, ia sama sekali tidak merasa takut lagi, walau harus berjalan sendiri.
“Saya sudah biasa mungkin dengan lingkungan hutan ini, hanya takut hujan saja,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, terkadang akibat hujan, dirinya jadi sering terlambat dan untuk menempuh sekolah dibutuhkan waktu 4 hingga 5 jam berjalan kaki.
Aktivitas mengajar tetap dipertahankannya sekalipun telah menikah dengan Bapak T Marpaung, seorang guru SD 173589 Parduaan selama 33 tahun, ia harus menempuh jarak yang cukup jauh ke sekolah. Karena ia ikut suami dan tinggal di Meranti Utara, Kecamatan Pintu Pohan Meranti.
Ia mengungkapkan, jumlah siswa sekolah tersebut 17 orang, dengan tenaga pengajar satu orang guru berstatus PNS.
Dikatakan, pihaknya sangat membutuhkan bantuan mesin listrik (Genset), buku-buku bacaan di perpustakaan, ruang kelas dan, penambahan guru kelas.
“Ini agar sekolahnya lebih baik lagi dan para siswa-siswi bisa lebih nyaman dan tambah semangat lagi belajar dan tidak ada lagi kata untuk bermalas-malasan,” harapannya. (mctobasa/stb/hombing)