Parparean, MC Tobasa- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tak henti-hentinya menggulirkan bantuan bagi insan perikanan. Hal ini merupakan bukti nyata kehadiran pemerintah bagi masyarakat khususnya nelayan. Sejumlah bantuan diserahkan KKP kepada nelayan untuk mengoptimalkan dan mendorong pengelolaan perikanan di perairan umum daratan Danau Toba.
Danau toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara dengan luas 113.000 Ha, dengan kedalaman maksimal danau 529 meter yang. Danau yang terletak di Provinsi Sumatera Utara meliputi 7 kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, ikan batak (Neolissochilus sumatranus) dan ikan ikan Jurung (Labeobarbus soro) yang merupakan endemik di Danau Toba keberadaannya hampir punah. Selain itu ikan pora-pora (Puntius binotatus) mengalami penurunan populasi.
“Saya sangat mengapresiasi dalam rangka kunjungan kerja KKP di Danau Toba, salah satu kegiatannya adalah tebar benih (restocking) ikan. Kita sudah tebar 266.000 benih ikan kemarin di Danau Toba,” ujarnya saat memberikan sambutan di hadapan nelayan dalam kegiatan kunjungan kerja KKP di Pantai Pasir Putih Parparean Porsea, Minggu pagi (15/9/2019).
Bantuan benih ikan tersebut berasal dari Ditjen Perikanan Budidaya sebanyak 250.000 ekor ikan nilem. Sedangkan sisanya 15.000 ikan tawes daan 1.000 ikan batak merupakan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara.
“Danau Toba ini merupakan lingkungan yang dimanfaatkan tidak hanya sektor perikanan. Untuk itu pengelolaannya mesti dilakukan secara holistik dan berkelanjutan. Para nelayan harus menggunakan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan tidak merusak. Kalau ada yang menggunakan setrum dan racun nanti saya tenggelamkan,” tegas Susi.
Dia juga meminta agar masyarakat secara bersama-sama menjaga kelestarian Danau Toba. Saat ini Indonesia tengah darurat sampah plastik. Diperkirakan saat ini 8 juta metric ton per tahun sampah yang masuk ke laut, dan kurang lebih 1,29 juta metric ton diperkirakan berasal dari Indonesia, sehingga Indonesia dianggap menjadi penyumbang sampah terbesar kedua di dunia, setelah China.
“Walaupun disini tidak ada laut, tapi disini kita mempunyai Danau yang luasnya bagai lautan. Jangan membuang sampah sembarang, apalagi ke sungai, karena hilirnya pasti ke danau Toba juga. Jangan sampai ikan-ikan di danau Toba punah gara-gara banyak sampah plastik. Kurangi penggunaan tas kresek, botol minum sekali pakai dan lainnya. Kalau belanja ke pasar bawa tas sendiri. Tidak mau Danau Toba penuh dengan plastik kan?” tanya Susi kepada 800 orang yang hadir.
Dalam kesempatan yang sama, KKP secara simbolis juga menyerahkan bantuan berupa bantuan pendidikan untuk siswa/siswi di kawasan Danau Toba di sekolah binaan KKP sebanyak 7 orang dengan total bantuan sebesar Rp. 244 juta. Selain itu juga bantuan peningkatan mutu ikan berupa ice flake machine sebanyak 3 unit dan kendaraan berpendingin R6 dengan total nilai Rp. 2,892 miliar.
Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo mengatakan bantuan pemerintah ini diserahkan untuk membantu nelayan dalam menunjang kegiatan aktivitas perikanan. Tak hanya itu, pemerintah juga menyerahkan bantuan budidaya perikanan senilai Rp. 1,2 miliar berupa paket bioflok, mina padi dan restocking ikan.
“Kita sediakan pula bantuan permodalan, diversifikasi usaha keluarga nelayan, pengelolaan sumber daya ikan berkelanjutan di Danau Toba dan bantun asuransi yang melibatkan Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLU LPMUKP), Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, PT Pegadaian, PT Jasindo dan PT. ASDP,” tukasnya.
Sementara itu, di kesempatan yang sama Direktur Jenderal Perikanan Tangkap M. Zulficar Mochtar menjelaskan bantuan yang diberikan pemerintah ini diharapkan dapat mendukung dan memajukan usaha nelayan serta pembudidaya ikan secara berkelanjutan. Pengelolaan perikanan berkelanjutan ini berdampak pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi.
“Kita semua sadar bahwa danau Toba memiliku sumber daya yang dapat diperbaharui, tetapi tetap tidak tak terbatas jika kita tidak mengelolanya dengan bijaksana Oleh karena itu, kita bersama melakukan berbagai terobosan agar pengelolaan yang tidak hati-hati berubah menjadi pengelolaan yang berkelanjutan, IUU (illegal, unreported, and unregulated) fishing berubah menjadi LRR (legal, reported, and regulated) fishing. Semua hasil tangkapan, hasil budidaya di wilayah danau Toba harus di data dengan benar sehingga para ahli akan mengetahui daya dukung sumberdaya ikan masih dapat dimanfaatkan atau tidak,” paparnya.
Dia menambahkan, pihaknya juga memberikan pelatuhan membuat ecobrick untuk menganani sampah plastik.Metode ini Ini merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan kembali sampah-sampah plastik kecil (bungkus kopi, bungkus snack, dll) dan botol-botol plastik yang biasa dipakai menjadi barang bernilai guna.
“Ecobrick ini bisa dimanfaatkan untuk bikin meja, kursi, tembok, dan bahan kesenian lain yang memiliki nilai jual. Selain ecobrik ini, masih banyak juga cara-cara kreatif untuk membuat barang-barang lain dengan memanfaatkan sampah plastik yang dapat dijual dan asilnya bisa menambah penghadilan istri nelayan ibu-ibu, sembari menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan,” tuturnya.(MC Tobasa)