Balige, MCTobasa, – Petani ikan mas warga Desa Gasaribu, Kecamatan Laguboti, Toba Samosir kembali resah. Pasalnya, sejumlah ternak ikan milik mereka kembali mendadak mati. Diduga, hal itu terjadi akibat limbah pabrik PT Hutahaean pabrik Tapioka Laguboti yang berdiri sejak 4 tahun lalu, tak jauh dari lokasi perikanan warga.
“Bukan kali ini saja. Kejadian ikan mati ini sudah berulang kali terjadi sejak beroperasinya PT Hutahaean pabrik Tapioka, Laguboti. Masyarakat, bahkan pemerintah pun sudah sering mengingatkan perusahaan itu agar menjaga baku mutu limbah, tetapi tetap saja kejadian itu terulang,” tutur petani ikan Sondang Pangaribuan (48) yang juga diamini Parningotan Pangaribuan (31) sambil menunjukkan sejumlah ikan yang ditemukan mati, Kamis (25/9).
Sondang menjelaskan, sumber air kolam ikan yang mereka gunakan berasal dari Sidulang, dimana aliran sungai Sidulang satu aliran dengan pembuangan limbah PT Hutahaean. Diduga kuat, matinya ternak ikan mereka akibat limbah yang melampaui baku mutu. “Bukan saja hari ini, hari-hari yang lalu juga demikian. Hal ini sudah sangat merugikkan kami,” terangnya.
Ia menerangkan, sejak puluhan tahun lalu, ternak ikan merupakan mata pencaharian warga sekitar. Dimana setelah selesai panen padi, masyarakat menamam bibit ikan di persawahan. “Biasanya, kami menanam bibit ikan usai panen sekitar bulan Juni setiap tahunnya. Kemudian, ikan akan siap panen pada bulan Desember. Hasil panen ikan itulah yang kami harapkan untuk keperluan merayakan Natal dan Tahun baru. Tapi dengan keadaan sekarang ini, harapan kami sudah kandas,” paparnya.Katanya, pengalaman pahit itu sudah menimpa warga sekitar sejak berdirinya perusahaan. Bahkan sekitar awal bulan Juli lalu, ia menabur bibit ikan di sawahnya sebanyak 1000 ekor. Namun bibit ikan tidak mampu bertahan lama. Setiap harinya selalu ada yang mati.
“Bulan Agustus, saya berniat memindahkan ikan ke kolam yang dekat rumah. Nyatanya, satelah saya kuras, hanya sisa 150 ekor lagi. Bgaiamanalah kami tidak kesal seperti ini,” keluhnya.
Mirisnya lagi, timpal Parningotan Pangaribuan, ikan yang mati tidak bias mereka kondusmsi ataupun di jual. Sebab, ikan yang mati berbau tidka sedap. Kemudian dikawatirkan akan mengganggu kesehatan bila dikonsumsi.
“Akibat kejadian ini yang sering berulang, kami masyarakat daerah ini sangat dirugikan. Pekerjaan kami menunggu masa tanam kembali pun tidak ada lagi. Bahkan, hasil panen padi yang menurun belakangan ini kami kawatirkan ada pengaruh dengan limbah. Harapan kami masalah ini segeralah teratasi,” pintanya.
Kepala Desa Gasaribu Darianto Pangaribuan membenarkan kejadian itu. Bahkan ia sendiri pun sudah bosan dengan keluhan masyarakat. Demikian juga meminta keseriusan pengelolaan limbah dari pihak perusahaan. “Sesuai usulan masyarakat, pihak perusahaan diminta agar benar-benar melakukan pengelolaan limbah dengan baik. Kemudian, kita minta pembersihan parit manatau selama 4 tahun ini terjadi endapan lumpur akibat limbah yang menyebabkan ikan sering mati. Harapan kita hal ini segera teralisasi agar janga lagi masyarakat resah,” terangnya.
Sementara itu, Senior GM PT Hutahaean Ir Poltak Sidabutar didampingi Humas Dungdung Simanjuntak menegaskan bahwa pihaknya selalu respon dengan keluhan masyarakat. Karena itu, pihaknya langsung turun ke lokasi dan melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah.
“Kami selalu akomodir dan terbuka kepada masyarakat. Pembicaraan kami di Kantor Camat Laguboti tadi, akan kami kesepakatan nanti sebagai solusi masalah ini. Untuk sementara, kami melakukan normalisasi saluran. Dimana kemungkinan pada saluuran terdapat endapan yang mengakibatkan ikan mati. Tentang kerugian masyakat, akan kita lakukan musyawarah dalam waktu dekat ini,” tandasnya.
(mctobaasa/sesmontb/ft)