Balige, Penanganan sampah di Kabupaten Toba Somosir (Tobasa) belum terlaksana maksimal, dan Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan masih perlu berbenah, terlebih dalam rangka mendungkung sektor pariwisata, dimana kebersihan menjadi hal penting.
“Bila kita telusuri, banyak hal yang perlu dibenahi instansi itu. Intinya, bagaimana penanganan lebih maksimal. Bila kita mau jujur, hingga saat ini penanganan sampah masih rendah,” kata Harmona Siburian, salah satu warga yang dimintai tanggapannya tentang penanganan sampah di daerah itu, Minggu (24/7).
Persoalan yang kita lihat, belum tersedianya tong sampah atau tempat pembuangan sampah sementara yang cukup. Petugas kebersihan dan peralatan yang tidak memadai, belum lagi tampat pembuangan akhir (TPA) yang kurang memadai.
“Serta masih rendahnya kesadaran sebagian masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehat,” tutur Harmona Siburian.
Mengingat saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya berbenah untuk sektor pariwisata, hal penting mendukung program itu adalah dengan mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
“Saya menilai, Dinas Kebersihan harus berbenah, sementara masyarakat sekitar juga harus melakukan hal yang sama. Intinya, pariwisata di daerah kita mustahil dicintai wisatawan jika kondisi lingkungan kita belum bersih dan sehat,” katanya.
Kondisi ini diakui Kepala Dinas Pasar Kebersihan dan Pertamanan Tobasa Drs Arifin Silaen. Menurutnya, ada berbagai kendala yang dihadapi, baik dari sisi kelengkapan peralatan, dan juga kekurangan petugas kebersihan.
“Kami akui, penanganan sampah di daerah kita ini belum maksimal, masih hanya sekitar 40%. Hal itu terjadi akibat berbagai kendala di lapangan,” ujarnya.
Diterangkan, produksi sampah di Kabupaten Tobasa mencapai 17 ton per hari dengan asumsi 3 kg sampah per kepala keluarga. Sementara kapasitas angkut dengan jumlah peralatan dan petugas kebersihan saat ini hanya mencapai 40-50 ton per hari.
Saat ini ada sebanyak 10 unit truk sampah dengan masing-masing kapasitas muatan 4 ton. Di Balige 6 unit, Laguboti 1 unit, Porsea 1 unit, Habinsaran 1 unit, Silaen 1 Unit, dan Ajibata 1 unit. Masing-masing truk dengan 4 petugas. Kemudian 1 unit truk Amrol yang beroperasi di Balige dengan 3 orang petugas.
“Dengan jumlah peralatan dan personil itu, kapasitas angkut hanya 40-50 ton per hari. Jadi agar bisa maksimal, kita perkirakan masih butuh truk minimal 10 unit lagi, ditambah petugas kebersihan,” terangnya.
Selain itu, juga masih butuh tong sampah dan tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Dimana saat ini ketersediaan tong sampah dan TPS masih sangat minim, hanya sekitar 0,06% dibandingkan jumlah produksi sampah yang harus di buang di TPS.
“Kemudian, kita juga butuh TPA yang memadai. Saat ini, TPA yang berada di Pintu Bosi masih dengan sistem pembuangan terbuka. Seharusnya TPA yang baik harus ada pengelolaan sampah dengan dengan sistem Sanitary Landfill,” bebernya.
Namun kesemuanya itu, sudah menjadi program prioritas kita. Baik untuk pengadaan truk serta petugas, TPS dan tong sampah, juga terkait pengelolaan sampah. Secara perlahan akan kita lakukan pembenahan. Namun tentunya, kami juga butuh dukungan masyarakat.
“Perlu kita ingatkan, kebersihan bukan semata menjadi tanggungjawab petugas kebersihan, namun juga menjadi tanggungjawab seluruh masyarakat,” ungkapnya sambari mengimbau agar masyarakat membuka hati untuk membayar retribusi sampah setiap bulannya. (bidangkominfo/stb/ft)