Balige-MC Tobasa – Puncak pelaksanaan seminar dan pelatihan “Marhata Adat”, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengelar Simulasi Pesta Unjuk (Perkawinan), dengan pengantin yang diperankan Jovandi Pangaribuan (sebagai Mempelai Laki-laki) dan Widyawati Hutagalung (sebagai mempelai perempuan) dengan pihak paranak dan parboru diperankan masing-masing Op Mentari Tampubolon br Sitorus , Parsinabul Op Hotma Napitupulu, protokol Oppu. Iren Sitorus dari Kecamatan Pintupohan Meranti, sedangkan Pihak Parboru Oppu Timoty Simanjuntak/br Napitupulu , dengan Parsinabul atau Protokol Oppu Santa Simangunsong dari Kecamatan Tampahan. Demikian dijelaskan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tobasa Audy Murphy Sitorus, kepada MC Tobasa ,Sabtu (22/6/2019) bertempat di Gedung Dojo TB Silalahi Center Pagarbatu Balige. .
Lebih lanjut Kadis Murphy menyatakan, Simulasi pernikahan ini dikemas dan direncanakan, merupakan keputusan 2 hari Maria Raja yang dikemas dalam ” Seminar dan Pelatihan Raja Parhata ” dengan Nara Sumber, Direktur Sekolah Guru Huria HKBP Pdt. Demak Simanjuntak, MTh, Direktur Pasca Sarjana USU Medan, Prof.Dr. Robert Sibarani MS , Direktur Litbang Keuskupan Agung Medan, Dr.Togar H. Nainggolan, dan sebagai pembanding Monang Naipospos, dan Patuan Raja Bonar Siahaan yang dilaksanakan dari tanggal 20-22 /6/2019, juga ditempat yang sama.
“Pesta Unjuk ini di mulai pukul 9.00 Wib dengan rincian kegiatan, Serapan pagi, Panangkok Pargonsi laos mambuat tuani gondang, Persiapan pemberkatan nikah (tukar bunga), Pemberkatan digereja, Manjalo sipir ni tondi, Patortor parumaen/tortor hasuhuton, Makan bersama dan Padalan jambar, Manjalo tumpak, Marhata sigabe-gabe, pasahat tingting marangkup, Mangulosi dari pihak parboru bersama rombongan, Mangulosi Tulang ni boru, Mangulosi tulang sijalo tintin marangkup, Mangapul suhut , Pasahat upa panggabei. Pesta Unjuk ini dimulai pukul 09.00 wib dan berakhir pukul 17.00 Wib.
“Pelaksanaan Pesta Unjuk ini, diiringi gondang sabangunan ” Maulibulung”, dari Kecamatan Siantar Narumonda Pimpinan Antonius Marpaung ” Tutur Audy Murpy mengahiri.
Sebelumnya Narasumber Direktur Sekolah Tinggi Guru Huria HKBP, Pdt. Demak Simanjuntak, MTh. Dengan moderator Kadis Pariwisata Audy Murpy Sitorus, pembanding Monang Naipospos dan Bonar Patuan Raja Siahaan, menyampaikan judul makalah “Parturena Mandokkon Hata” Cukup memberi penyegaran kepada peserta yang diselingi canda tawa, dan mendapat aplus dan apresiasi dari peserta, saat membahas makna Parhataan Adat Batak, dan yang menarik dari pembahasan ini tidak mudah berbicara dalam adat batak, sebab berbicara haruslah terstruktur, sistematis dan teratur , disamping orang yang berbicara harus mampu membuat orang yang mendengar ,dengan senang dan menyejukkan. Terkait pesta Unjuk, harus memperhatikan waktu tanpa menghilangkan norma dan filosopi makna dari adat batak. Seluruh peserta silih berganti memberikan saran dan tanggapan terkait makna Perkataan dalam adat batak, yang akan dirumuskan menjadi satu tertib acara pada simulasi pesta “Unjuk” (Pesta Pernikahan =red), adat batak
Direktur Pasca Sarjana USU Medan, Prof.Dr. Robert Sibarani, MS Dengan moderator Rencana Simbolon, pembanding Monang Naipospos dan Bonar Patuan Raja Siahaan menyatakan Raja Adat Batak, Raja Bius, Raja Oloan dan Raja ijolo harus berkharisma, togam, dan marsahala. Itu bisa dilihat dari cara berpakaian adat batak.
” Raja Parhata pada pesta Unjuk, saat memberikan Ulos kepada pengantin, haruslah yang ditenun, dan beras yang diberikan, harus bisa dimakan keluarga besar yang melaksanakan pesta, itulah makna pesta sesungguhnya, jangan berbeda apa yang dihunjuknya dengan apa yang ditunjuknya, Konsep yang dipegang Raja Parhata memegang prinsip lestarikan nilainya, sederhanakan pelaksanaan dan memiliki ketegasan, dan dari konsep budaya, Adat itu keberagaman, selalu tidak sama, karena adat juga kesepakatan warga setempat , tetapi norma dan filosofi adat harus kelihatan sama, yaitu nampak Dalihan Natolu , paopat sihal-sihal (Dongan Sahuta), dan menampakkan fungsinya , tegasnya mengahiri.
Narasumber Selanjutnya Dr. Togar H. Nainggolan dengan Moderator Audy Murpy Sitorus, dan sebagai pembanding Monang Naipospos, Patuan Raja Bonar Siahaan dengan makalah berjudul ” Sakralitas Marhata Adat ” Dr. Togar menjelaskan apa yang diucapkan dalam Adat batak adalah sakral, mempunyai makna yang tinggi. Fungsi filosofis marhata adalah sebagai alat komunikasi, Makna marhata, dapat dibedakan menjadi Hata na somal (Kata biasa), hata andung (ratapan, senandung kesedihan), hata datu (badan, tondi, begu ), dan juga martonggo yang merupakan doa yang sangat sakral, disampaikan untuk menguatkan keluarga hasuhutan (yang memiliki hajatan), Tetapi dalam adat batak yang dipakai adalah hata na uli, hata nadenggan (kata yang diucapkan membawa berkat), juga Parsinabul (gaya yang khas yang dipakai dalam perundingan, perdebatan ataupun dialog) harus terampil ,dan sering disebut parpustaha ditolonan, punya pengetahuan. Parsinabul disebut juga raja parhata (juru bicara).
Makna Marhata, adalah hatanauli, hata sigabegabe (kata berkat), sebaliknya ada hata Bura (bahasa kutukan) , karena Kata juga punya kuasa atau memilik kekuatan. Seorang Raja Parhata harus mampu memilih kata yang tepat, dan sakralitas marhata adat, hata (sabda) sesuatu yang sakral dan menghadirkan yang Ilahi. Kalau jadi raja parhata harus memiliki kekuatan , juga Marhata sesuatu yang sakral, kekuatan dan kehidupan.
Hata mempunyai karakter “tremendum et fascinosum” (menggetarkan dan mempesona). Marhata juga mencipta dan membangun kesatuan atau sebaliknya, marhata bukan hanya pemberitahuan tetapi juga pemberi nilai dan makna kepada kehidupan, dan membangkitkan vitalitas hidup dalam kesatuan dan pada waktu yang sama.
Hata nauli, hata sigabegabe pada adat perkawinan,hata apulapul (pada adat meninggal), dalam marhata adat termasuk umpasa sangat sakral, eme sitambatua ma parlinggoman ni siborok.Debata ma na martua, horas ma hita diparorot. Berkasiat ex opere operato, karena warisan nenek moyang.
Umpasa beda dengan umpama. Umpasa adalah pantun memiliki sampiran dan isi dan umpama adalah peribahasa, tidak mempunyai sampiran. Dan umpasa yang benar, punya arti dan pemilihan diksi yang baik.marhata dalam adat mempunyai nilai filosofis dan teologis, ada norma dan nilai sakral dalam marhata.