Bakar Jerami, Bukan Solusi Sisa Pemkabaran Tidak Menjadi Pupuk


Balige,  Membakar jerami padi usai panen ternyata justru berakibat buruk pada lahan pertanian. Selain menghilangkan unsur organik tanah, pembakaran jerami ternyata mampu mempercepat perkembangan hama. Solusi yang lebih tepat adalah dengan menjadikan jerami sebagai pupuk kompos.

“Membakar jerami bukan solusi yang tepat. Justru merugikan petani. Jangan salah, sisa pembakaran tidak menjadi pupuk, justru menjadi lahan empuk untuk perkembangan hama,” tutur Plt Kadis Pertanian Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) Ir Lintong Sitorus ketika ditanyai terkait budaya bakar jerami usai panen di daerah itu di ruang kerjanya, Rabu (16/11)

Diterangkan, ketika membakar jerami, unsur organik tanah akan rusak. Dimana dengan membakar jerami membuat nutrisi tanah hilang, sehingga menjadikan kerusakan yang lama kelamaan unsur hara yang terdapat pada tanah sawah akan selalu berkurang tanpa adanya pengembalian kembali.

“Yang tepat, dengan mengolah jerami menjadi kompos. Memang hasilnya tidak langsung kita nikmat, tapi yang pasti, bisa mengurangi pupuk 20 persen,” katanya.

Diterangkan, mengolah jerami menjadi kompos tidaklah pekerjaan yang berat, tidak juga butuh waktu lama. Justru sangat ringan, dan cepat, tergantung kemauan petani itu sendiri. Caranya, tinggal menumpukkan jerami, dan menunggu pembusukan selama 7 hingga 10 hari.

“Proses pembusukan hanya dalam kisaran tujuh sampai sepuluh hari. Tinggal menggunakan bantuan bio aktivator untuk mempercepat pembusukan. Ini banyak jenisnya, dan harganya juga terjangkau,” paparnya.

Untuk itu pihaknya menghimbau seluruh petani di Tobasa tidak lagi membudayakan bakar jerami.  Kemudian, mengingat dalam waktu dekat akan adanya musim tanam di daerah itu, pihaknya mengimbau agar petani tidak menggunakan bibit padi secara turun-temurun.

Sebab hal itu bisa berakibat hama cepat berkembang dan kebal. Namun perlu diganti dengan varietas baru yang tentunya disesuaikan dengan jenis dan iklim di daerah itu. (BidangKominfo/stb/ft)