Medan, MCTobasa – Pemerintah Kabupaten Toba Samosir menghadirkan acara Malam Kesenian di Open Stage Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan, Selasa (14/04).
Malam Kesenian Pemkab. Tobasa ini berhasil menarik perhatian para pengunjung PRSU sebagai rangkaian HUT Pemprop. Sumatera Utara ke-44 Tahun 2015.
Berbagai atraksi Seni Budaya yang ditampilkan diantaranya pertunjukan dari Sanggar Pande Nauli Tobasa yang membawakan Opera Batak dengan judul Mulak Ma Damang.
Opera Batak ini mengkolaborasikan akting, tortor, lagu, musik gondang dan uning-uningan. Opera yang sarat makna dan pesan moral ini, memberi perhatian serius bagi penonton sesuai pesan moral pagelaran opera Batak.
Kisah cerita Opera Batak Mulak ma Damang mengisahkan tokoh bernama Togar, yang memutuskan untuk merantau demi memperbaiki nasib keluarga. Orangtua Togar walau dengan berat hati, akhirnya memberi restu bagi anaknya. Tak lupa menitipkan pesan kepada Togar, kelak akan menikah harus dengan Pariban. Namun ternyata jodoh tak bisa diatur, Togar tanpa sepengetahuan orangtuanya, menikah dengan gadis pilihan hatinya bernama Ningsih yang bukan boru Batak. Togar sendiri yang sadar akan kesalahannya, hingga bertahun-tahun kemudian tidak berani kembali ke kampung halamannya.
Inisiatif akhirnya datang dari Ningsih, tanpa didampingi Togar, Ningsih mengunjungi orangtua suaminya. Sambil bersujud Ningsih meminta maaf atas kesalahan mereka, dan mohon didoakan agar segera memiliki keturunan.
Melihat ketulusan hati Ningsig, akhirnya orangtua Togar dengan tangan terbuka menerima Ningsih sebagai Parumaen (red: menantu). Dan atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, tak lama kemudian Ningsih mengandung, dan kemudian memilih tinggal di kampung suaminya.
Dengan kerja keras Ningsih bersama warga, berhasil membangun saluran irigasi, yang memberi manfaat bagi seluruh penduduk. Togar sendiri akhirnya baru berani kembali pulang kampung setelah menyadari hasil kerja istrinya membangun kampung mereka.
Sebelumnya Plt. Bupati Toba Samosir Liberty Parasibu, SH., M.Si dalam sambutannya mengatakan Negara kita kaya akan budaya yang merupakan peninggalan nenek moyang kita sebagai simbol peradaban yang perlu untuk dilestarikan.
Namun budaya tersebut lanjut Liberty semakin terpinggirkan oleh derasnya budaya asing yang masuk ke Indonesia, oleh karenanya saya mengajak agar sejak dini harus dilakukan revitalisasi terhadap nilai yang ada.
Liberty menambahkan, sekitar tahun enam puluhan, Opera Batak begitu melekat dihati masyarakat Batak, bahkan satu-satunya hiburan rakyat pada jaman itu. Kehadiran Opera Batak di pentas hiburan rakyat berfungsi sebagai media penyampaian pesan moral, baik dari isi cerita maupun lagu-lagunya, sehingga memperkuat daya tarik masyarakat terhadap nilai tradisi. Namun disayangkan telah mengalami pergeseran akibat media elektronik dan modernisasi.
“Untuk itu melalui kesempatan ini, kami menghimbau kita semua untuk membangun animo generasi muda akan nilai-nilai budaya, sehingga dapat menimbulkan rasa mencintai dan memiliki akan budaya sendiri,” ujar Liberty.
Mengakhiri sambutannya Liberty menyampaikan pesan kepada anak rantau, “Saya mengajak anak rantau, untuk peduli akan Bonapasogit, demi kemajuan Toba Samosir. Seperti cuplikan lirik sebuah lagu : Tapasada Ma Rohanta Lao Paturehon, Bonani Pasogit i,” lanjut Liberty.
Sementara itu Ketua DPRD Toba Samosir yang diwakili oleh Wakil Ketua DPRD Tony Simanjuntak, dalam sambutannya memberi apresiasi atas kegiatan ini.
Tony berharap kegiatan ini bukanlah seremonial biasa, namun mengandung makna melestarikan seni budaya leluhur, khususnya buat generasi yang akan datang, agar mereka dapat melestarikan budayanya.
“Karena dengan melestarikan budaya, menurut hemat saya mengandung esensi menghormati orangtua dan lelulur,” kata Tony, seraya berharap kegiatan sejenis kiranya lebih sering dilaksanakan baik dalam daerah maupun propinsi. (mctobasa/sesmontb/mantap).