Balige, MCTobasa – Perhelatan Festival Danau Toba (FDT) 2014 yang diselenggarakan di Toba Samosir menggelar berbagai kegiatan budaya. Salah satunya pertunjukan beladiri Mossak Batak yang belakangan ini sudah mulai langka peminat dan pengembangnya. Namun di Toba Samosir sendiri, masih ada beberapa pemerhati budaya Mossak Batak itu.
Mossak yang merupakan seni bela diri peninggalan leluhur Batak itu pun mampu menarik simpatik ribuan pengunjung di Lapangan Sisingamangaraja Balige, sebagai pusat pelaksanaan kegiatan FDT. Dalam pertunjukannya, mereka menampilkan jurus-jurus dasar Mossak Batak.
Salah satu pemerhati budaya Prof M Sorimangaja Sitanggang mengakui hal itu. Dengan niat membina, mengembangkan dan melestarikan budaya Mossak itu, Ia mendirikan perguruan Pussu Buhit Sakti. Dan salah satu kontingan yang tampil dalam acara FDT merupakan anak didiknya.
“Mossak adalah salah satu peninggalan leluhur kita dulu. Bela diri Mossak ini juga termasuk peninggalan Raja Sisingamangarja. Dimana Mossak merupakan ilmu bela diri yang digunakan melawan penjajah dahulu,” tutur Prof M Sorimangaja Sitanggang, guru besar perguruan Mossak Batak Pussu Buhit.
Dikatakan, bukan saja Mossak Batak ini yang dilestarikan melalui perguruan Pussu Buhit Sakti yang berada di Ajibata. Termasuk tor-tor batak, spritual dunia, adat batak beserta surat batak, bahkan bahasa Batak asli.
“Seperti bahasa Batak asli yang belakangan ini sudah jarang digunakan. Contohnya bahasa batak asli angka 1 hingga 10, Lada, Tuba, tobu, oppak, Lippa, podom, pittu, palui, pia, pusu. Yang sekarang ini adalah bahasa batak yang sduah banyak terkontaminasi bahasa lainnya dari setiap daerah, dan buka lagi bahasa batak tulen,” paparnya.
Diketahui, selama FDT, yayasan Pussu Buhit Sakti itu banyak terlibat dalam berbagai budaya batak. Mulai dari manguras tao, paborhat parluga, mangalahat horbo, tari sawan massal, tor-tor tunggal panaluan, opera batak asal mula terjadinya danau toba, lhirnya Sisingamangaraja dan kegiatan lainnya.(mctobasa/sesmontb/ft)