Pemkab Tobasa melalui Dinas Perinkop UKM memberikan pelatihan tenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di Gedung Sentra Industri Tenun di Desa Sigaol Barat selama 20 hari, terhitung sejak 24 Agustus hingga 17 September 2018 mendatang.
Peserta sebanyak 40 warga Desa Sigaol Barat, Desa Sigaol Timur, Desa Siregar Aek Nalas dan Desa Marom yang memiliki pengetahuan dasar di bidang tenun dan bersedia menempati dua unit Gedung Sentra Industri Tenun dan memanfaatkan fasilitas yang ada di antaranya ATBM 40 unit, rak 8 unit dan sorong 8 unit. Pesertanya akan dilatih instruktur, Dewi Turnip, Daniel Sirait dari LPK Anugrah Pematang Siantar dan Vivi Manurung dari Porsea yang sudah mendapat pelatihan di Jakarta sebelumnya.
“Pelatihan diberikan supaya meningkat kemampuan perajin dalam menenun ulos, kreatif dan inovatif membuat bakal selendang, baju dan sarung bermotif ulos, sehingga kualitas hasil karya tangan perajin ke depan semakin baik dan menarik,”jelas Kepala Dinas Perinkop UKM Marsarasi Simanjuntak, pada acara pelatihan yang dibuka Wabup Hulman Sitorus didampingi Ketua Dekranasda Ny Ritawati Darwin Siagian dan Wakil Ketua Ny Iin Hulman Sitorus, Jumat (24/8).
Camat Uluan, Henri Butar-Butar berterimakasih kepada Bupati/Wabup, Ketua/Wakil Ketua Dekranasda dan Kepala Dinas Perinkop UKM, karena diberikan pelatihan kepada perajin ulos di wilayahnya. Sementara itu peserta diajak agar memanfaatkan momen berharga itu, karena diakui pelatihan diberikan demi kesejahteraan peserta.
Senada disampaikan kepala desa dan tokoh masyarakat setempat. Mereka mengaku senang Gedung Sentra Industri Tenun dibangun di daerahnya dan 40 warganya diberi pelatihan. Karenanya peserta diimbau serius mengikuti pelatihan, karena tujuan pelatihan untuk meningkatkan perekonomian warganya.
Ketua Dekranasda Ny Ritawati Darwin Siagian mengatakan, perekonomian perajin ulos di empat desa harus bangkit. Caranya pengetahun, keahlian dan keterampilan didapat dari instruktur selama pelatihan dimanfaatkan sebaik mungkin. Untuk itu, peserta diminta memanfaatkan momen tersebut sebaik mungkin.
Wabup Hulman Sitorus menyebutkan, kebehasilan pelatihan tergantung peserta. Kalau waktunya kurang, wabup mempersilahkan peserta mengkonsultasikan dengan instruktur yang melatih. “Untuk itu benar-benarlah diseriusi, apalagi bertenun merupakan budaya kita yang harus diselamatkan. Kalau tidak demikian, ulos tidak lagi diproduksi di daerah ini, melainkan datang dari luar daerah. Rawat semua fasilitas yang ada dan jaga kebersihan,”tegasnya. (MC Tobasa/edu)