Balige, MCTobasa – Tanaman Holtikultura dan perkebunan, potensial dikembangkan di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa). Hal itu dikatakan Mardi Purba (52), salah seorang petani holtikultura di Desa Sionggang Tengah Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Tobasa, baru-baru ini, karena ia sudah membuktikannya, beberapa tahun terakhir di daerah tersebut.
Diakuinya, lahan yang dia kelola saat ini bersama istrinya Artauli Saragih (50), luasnya mencapai 10 hektar, terletak di tiga lokasi berbeda. Di atas lahan itu, mereka menanam serta mengembangkan berbagai jenis tanaman holtikultura, diantaranya, cabe, jeruk, buncis, terong, sayur sawi dan tomat.
“Tomat kami tanam sebanyak 6.000 batang diatas lahan 5.000 meter persegi. Kini telah berbuah dan inilah hasilnya,” kata Mardi seraya istrinya Artauli menunjukkan beberapa buah tanaman tomat miliknya.
Terkait modal yang dibutuhkan, Mardi mengaku tidak terlalu besar. “Untuk yang 6.000 batang, kami mengeluarkan modal Rp 30 juta. Karena biaya perawatan untuk setiap batang kami perkirakan Rp. 5.000, mulai pembibitan hingga panen. Itu sebenarnya kalau perhitungan pengusaha, tetapi kalau kita sendiri yang mengelola, lebih murah, diperkirakan Rp. 2.000 per batang. Jadi modal yang kami keluarkan untuk merawat 6.000 batang tomat, mulai pembibitan hingga panen tidak terlalu besar, ” katanya.
Ditanya hasil pertaniannya, Mardi mengaku, dari 6.000 batang tomat miliknya, diperoleh hasil 30 ton tomat. “Kalikan saja, dengan harga tomat per kilo saat ini, dan kami sudah enam kali panen, belum pernah gagal. Soal umur, tiga bulan sudah bisa panen,” katanya sembari tersenyum.
Pihaknya juga menggalakkan pertanian campuran atau tumpang sari. “Itu sebabnya mulsa plastik yang kami gunakan mempunyai lubang tiga baris. Ditengah kami tanam cabe, di samping kiri kanan kami tanam tanaman yang sejenis,” jelasnya..
Ditambahkannya, mereka bertani holtikultura selama enam tahun di kawasan agropolitan tersebut. Dan selama itu, pihaknya belum pernah mendapat penyuluhan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). “Kami belum pernah mendapat penyuluhan dari Penyuluhan Pertanian Tobasa. Demikian juga bantuan bibit unggul. Jadi kami hanya mengandalkan pengetahuan sendiri,” katanya
Wajar bila tidak semuanya berhasil. Hal itu karena pengetahuan petani di daerah itu diakui sangat terbatas.Ia juga mengharapkan Pemerintah Kabupaten Tobasa ke depan memberikan perhatian serius lewat sentuhan nyata terhadap potensi yang terlupakan tersebut dan terhadap petani yang giat mengembangkan tanaman holtikultura, supaya taraf hidup perekonomian masyarakat meningkat.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Tobasa Oktober Siahaan, sependapat dengan Mardi. “Saya setuju bila pertanian holtikultura dikembangkan di daerah ini. Karena daerah ini potensial untuk itu. Saya sudah dari Desa Sionggang Tengah, semua tanaman holtikultura yang dikembangkan sudah saya lihat,” katanya.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Tobasa diharapkan, tidak terfokus hanya kepada pertanian padi. “Bukan kita bermaksud agar perhatian pemerintah berkurang terhadap pertanian padi, tapi ada baiknya, jika pengembangan pertanian holtikultura juga diperhatikan. Karena jika sudah berkembang, tentu tidak perlu lagi kita mendatangkan cabe, tomat dan lainnya dari luar,” ujarnya. (mctobasa/stb/edu)